Ilmu Budaya Siswa
SMUN 4 Jakarta

mading - PUISI







 

 

MENUJU KELAUT
Angkatan baru

Oleh :
Sutan  Takdir Alisyahbana
 

Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat:

"Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit.
Pasir rata berluang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega".

Sejak itu jiwa gelisah,
Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang
Berontak hati hendak bebas,
menyerang segala apa mengadang.

Gemuruh berderu kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang,
dahsyat bahna suara menang.
 Keluh dan gelak silih berganti
pekik dan tempik sambut menyambut.

Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhernpas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin,
keterangan lama tiada diratap.

Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat.

 

Memahami Puisi, 1995
Mursal Esten

RoundRed02.gif (1029 bytes)Klik untuk ke situs SAJAK-SAJAK TANAH AIR

 

Redaksi
SMUN 4 Jalan Batu No 3 Jakarta
Telepon 384 3937 Email redaksi_ibs@yahoo.com

iconGirl1.gif (1019 bytes)
Sabrina Mia Syarifah Devy Rennie Dian Feli Sulis Desti Anita Wulan Nia Fitri
iconBoy1.gif (1037 bytes)
Irfan Fahriz Derry Yarri

atas2.gif (1021 bytes)

Klik disini untuk kembali ke situs Warta Alumni SMAN 4